Pages

Tuesday, February 24, 2009

Industri Rambut Palsu Lakukan Efisiensi

24/02/2009

https://tekno.kompas.com/read/2009/02/24/03373531/industri.rambut.palsu.lakukan.efisiensi.


PURBALINGGA,RABU-Krisis keuangan global mulai berdampak terhadap industri rambut palsu atau wig dan bulu mata palsu di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Hingga saat ini sebagian besar industri ini belum mendapat kontrak baru ekspor dari pembeli di luar negeri.

Padahal, bulan Maret ini sebagian besar kontrak lama sudah berakhir. Mereka pun mulai berancang-ancang mengambil langkah efisiensi.

”Sekarang masa yang sangat prihatin bagi kami. Belum ada industri yang mendapat kontrak baru, padahal Maret ini kontrak sudah selesai,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Purbalingga Saryono, Senin (23/2) di Purbalingga.

Di Purbalingga terdapat 18 industri wig dan bulu mata palsu yang sebagian besar berstatus penanaman modal asing. Belasan industri tersebut mempekerjakan sekitar 25.000 karyawan. Selain itu, juga terdapat sekitar 250 industri yang sama untuk skala menengah, kecil, dan rumah tangga di daerah ini.

Secara total, jumlah tenaga kerja yang diserap subsektor industri wig dan bulu mata palsu sebanyak 60.000 orang. Menurut Saryono, kondisi yang paling memprihatinkan dialami oleh industri wig. Pasalnya, selain belum ada kontrak baru, permintaan pasar untuk produk ini terus menurun.

”Wig itu bukan produk habis pakai. Dalam kondisi krisis seperti sekarang, konsumen membatasi pembelian dan memanfaatkan wig yang lama. Berbeda dengan produk bulu mata yang habis pakai. Jadi, permintaan cenderung tetap,” papar dia.

AS tujuan utama ekspor Bila tak ada kontrak baru dari pembeli di luar negeri, hal tersebut akan membuat industri wig dan bulu mata palsu di Purbalingga dalam kesulitan besar. Sebab, tujuan utama penjualan produk mereka selama ini adalah luar negeri, terutama Amerika Serikat.

Saryono mengatakan, sampai saat ini belum ada rencana pemutusan hubungan kerja besar- besaran di industri wig dan bulu mata palsu di Purbalingga ini. Namun, dia memastikan langkah efisiensi mau tidak mau tetap harus diambil untuk menyelamatkan perusahaan.

”Meskipun ada efisiensi, kami tetap berharap tak ada PHK atau merumahkan karyawan. Kami akan mencari jalan lain,” kata Saryono. Cari peluang lain Kepala Bagian Perekonomian Pemerintah Kabupaten Purbalingga Mukodam mengatakan, untuk mengatasi masalah pasar ekspor di tengah krisis finansial global saat ini, industri wig dan bulu mata palsu di Purbalingga harus dapat mencari peluang ekspor di kawasan lain selain Amerika Serikat.

Selama ini, sebagian besar ekspor ditujukan ke Negeri Paman Sam yang kini mengalami dampak terparah akibat krisis. ”Pasar di kawasan lain, seperti Jepang, Korea Selatan, China, atau negara-negara Timur Tengah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujarnya.


Thursday, January 29, 2009

Industri Rambut Palsu di Purbalingga Kritis

29/01/2009

https://travel.kompas.com/read/2009/01/29/19464521/industri.rambut.palsu.di.purbalingga.kritis.


Bulan Maret nanti sebagian besar industri rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga, Jawa Tengah, diperkirakan akan memasuki masa kritis. Pasalnya, kontrak dengan pembeli di luar negeri selesai pada bulan tersebut, sementara kontrak baru belum ada kejelasan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Purbalingga, Saryono, Kamis (29/1), mengungkapkan, habisnya masa kontrak pada bulan Maret tersebut menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga.

Sebab, kondisi perekonomian global saat ini masih sulit, terutama di Amerika dan Eropa sehingga sulit mendapatkan pembeli baru. Padahal, dua kawasan itu adalah tujuan utama ekspor wig dan bulu mata palsu dari Purbalingga. "Kami tidak tahu apakah setelah kontrak selesai bulan Maret nanti akan ada perpanjangan lagi. Saat ini Amerika Serikat masih krisis," ujar Saryono.

Saat ini yang bisa dilakukan perusahaan-perusahaan rambut di Purbalingga adalah melobi pembeli dari luar negeri agar bersedia melanjutkan kontrak. Namun, hal tersebut diperkirakan sulit di tengah situasi global seperti sekarang ini. Industri yang paling terkena dampak dari selesainya kontrak adalah industri wig.

Sebab, produk wig adalah barang yang tak habis pakai. Di tengah situasi sulit seperti ini, konsumen biasanya cenderung berhemat dengan mengurangi pembelian wig baru. Hal itu berbeda dengan produk bulu mata palsu yang sekali pakai.

Di Purbalingga terdapat 18 perusahaan wig dan bulu mata palsu berskala besar. Umumnya mereka adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA). Mereka memperkerjakan sekitar 28.000 orang. Di samping perusahaan PMA, di Purbalingga juga terdapat lebig dari 200 perusahaan wig dan bulu mata palsu skala menengah dan rumah tangga.

Secara total, industri wig dan bulu mata palsu di Purbalingga mampu menyerap sekitar 50.000 tenaga kerja. Saryono mengatakan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pemutusan hubungan kerja (PHK) menjelang masa selesainya kontrak ekspor di industri wig dan bulu mata palsu di Purbalingga.

"Semoga tidak sampai ada PHK," tandas dia. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Purbalingga Bambang Dwi mengatakan, industri rambut dan bulu mata palsu merupakan industri yang paling besar di Purbalingga. Hampir semuanya berorientasi ekspor.

Namun, sebagian besar kegiatan ekspornya masih tergantung kepada perusahaan dagang di luar Purbalingga, terutama usaha skala kecil dan menengah. "Ke depan kami ingin industri di Purbalingga mampu menjual dan memasarkan sendiri produknya dengan pembeli di luar negeri. Inilah pentingnya ada trading house," ungkap dia.