Pages

Friday, October 11, 2019

Kemendag soal Industri Bulu Mata Purbalingga PHK 600 Pekerja: Nanti, Saya Lihat Dulu

Jumat, 11 Oktober 2019 19:05

https://www.merdeka.com/uang/kemendag-soal-industri-bulu-mata-purbalingga-phk-600-pekerja-nanti-saya-lihat-dulu.html


Merdeka.com - Produsen bulu mata palsu asal Korea Selatan (Korsel) di Purbalingga menghadapi persaingan sengit dari China. Ekspor bulu mata palsu Purbalingga kian berkurang. Imbasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi, di mana 600 pekerja salah satu pabrik kehilangan pekerjaannya.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana mengaku belum dapat berkomentar banyak.

"Nanti dulu. Saya lihat dulu dong. Industrinya apa kayak bagaimana," kata dia saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (11/10).

Dia mengatakan perlu melihat lebih jauh terkait berita tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan apa saja penyebab turunnya kinerja bisnis perusahaan. "Kan nggak bisa lihat kalah karena apa kan kalau saya nggak tahu industrinya bagaimana," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, produsen bulu mata palsu asal Korea Selatan (Korsel) di Purbalingga menghadapi persaingan sengit dari China. Ekspor bulu mata palsu Purbalingga kian berkurang. Imbasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi, di mana 600 pekerja salah satu pabrik kehilangan pekerjaannya.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, mengatakan produksi bulu mata di China lebih banyak. Di mana, produktivitas tenaga kerja China 9 kali lebih tinggi dari Purbalingga.

Dampak tak terelakkan, di tengah situasi pasar yang melemah, perusahaan mau tidak mau harus mengurangi karyawan agar usahanya tetap berjalan. Hal ini disampaikan usai kunjungannya ke PT Indokores Sahabat, PT Hyup Sung, PT Sun Chang Indonesia, ketiganya merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dari Korea Selatan. Serta satu perusahaan pabrik rambut Bintang Mas Triyasa (BMT) yang merupakan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

"Beberapa perusahaan PMA bahkan sudah mulai melirik usaha di luar negeri seperti Kamboja, dengan situasi yang kondusif dan upah serta produktivitas tenaga kerjanya lebih baik," ujarnya saat mengunjungi sejumlah pabrik rambut di Purbalingga, Kamis (10/10).

"Kami berharap semua pihak untuk ikut situasi agar lebih baik, dan permintaan kembali pulih. Jika ada permasalahan, diselesaikan dengan baik dan musyawarah sesuai ketentuan regulasi ketenagakerjaan," tambahnya.

Perusahaan Alami Stagnasi

Pemilik PT Indokores Sahabat, Hyung Don Kim, mengakui perusahaan tengah alami stagnasi kinerja. Jika pasaran lesu, dia memprediksi perusahaan hanya bisa bertahan 5-10 tahun. Kim menambahkan, kompetitor bulu mata palsu yang bersaing ketat dari Purbalingga yakni dari China.

"Dari sisi bahan baku, kami mengandalkan dari India dan China. Bahan baku rambut sintetis dari Indonesia kualitasnya kurang bagus, bahkan banyak dicampur bahan lain. Ada juga bahan baku rambut sintetis yang sambungan," kata Kim.

Sementara, pemilik PT Hyup Sung Indonesia, Song Hyung Keun mengakui, produksi bulu mata palsu di perusahaannya menurun tajam seiring dengan permintaan pasar yang menurun karena bersaing dengan China. Biasanya rata-rata produksi per bulan 1,3 juta buah, namun saat ini menurun hingga 30 persen.

Dari sisi harga, bulu mata palsu China juga lebih murah. Sedang sisi kualitas juga sudah menyerupai produk rambut Purbalingga yang dikerjakan secara manual.

"Mau tidak mau, kami harus mengurangi jumlah karyawan dari 1.900 orang menjadi 1.300 orang. Oleh karenanya, kami mengistilahkan, untuk menyelamatkan perusahaan harus memotong ekornya dulu, daripada badannya ikut termakan. Caranya dengan mengurangi karyawan dan meningkatkan produktivitas pekerja (bulu mata palsu) serta inovasi produk," kata Song.

Thursday, October 10, 2019

Industri Wig Purbalingga Hanya akan Bertahan 10 Tahun Lagi

Kamis 10 Oct 2019 18:53 WIB

https://nasional.republika.co.id/berita/pz5qce368/industri-emwig-empurbalingga-hanya-akan-bertahan-10-tahun-lagi


Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih

Pekerja pabrik rambut palsu mengenakan pakaian kebaya, dalam rangka memperingati hari kartini di Purbalingga, Jateng, Kamis (21/4).

Pasar rambut palsu saat ini sedang sepi dan kalah dengan produk Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sengitnya persiangan industri rambut dan bulu mata palsu di pasar global, berdampak pada ketahanan industri serupa di Purbalingga. Bahkan beberapa pelaku industri yang kebanyakan berasal dari Korea Selatan, mengaku bila kondisinya masih serupa hingga beberapa tahun mendatang, maka industri rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga hanya akan bisa bertahan 5-10 tahun lagi.

Investor PT Indokores Sahabat Mr Hyung Don Kim yang berkebangsaan Kores Selatan, menyebutkan kondisi perusahaannya saat ini boleh dikatakan stagnan. ''Jika pasaran lesu seperti saat ini, dan kondisi tidak nyaman, kami memprediksi perusahaan kami hanya akan bisa bertahan 5-10 tahun lagi,'' kata  Mr Kim saat menyambut kunjungan kerja Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Kamis (10/10).

Mr Kim menambahkan, kompetitor utama  bulu mata palsu dari Purbalingga, saat ini harus bersaing ketat dengan produsen serupa dari Cina. Sedangkan untuk produksi rambut palsu atau wig, kualitas produksi dari Purbalingga masih lebih baik kualitasnya, dibanding produksi serupa dari India dan Cina.

''Namun untuk bahan bakunya, kami mengandalkan pasokan impor dari India dan Cina. Bahan baku rambut sintetis dari Indonesia, kualitasnya kurang bagus karena banyak dicampur bahan lain. Bahkan ada juga bahan baku rambut sintetis yang sambungan,'' katanya.

Investor PT Hyup Sung Indonesia Song Hyung Keun yang juga asal Korea Selatan, bahkan menyebutkan produksi bulu mata palsu di perusahaannya sejak beberapa tahun terakhir mengalami penurunan tajam. Hal ini  seiring dengan permintaan pasar yang anjlok, karena kalah bersaing dengan produksi Cina yang harganya lebih murah.

''Sebelumnya, kami bisa memproduksi 1,3 juta pieces per bulan. Namun saat ini turun hingga sekitar 30 persennya. Dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau kami juga harus mengurangi jumlah karyawan dari 1.900 orang menjadi tinggal 1.300 orang,'' katanya.

Mr Song menambahkan, produktivitas tenaga kerja di Cina lebih tinggi dari Purbalingga. Bahkan, mereka cenderung meminta lembur bekerja. Sedangkan di sisi harga,  bulu mata palsu asal Cina juga lebih murah dengan  kualitas yang sudah menyerupai produk rambut Purbalingga.
Baca Juga
Debit Mata Air di Purbalingga Turun 40-50 Persen

Pendapatan Perangkat Desa di Purbalingga Naik

92 Desa Terdampak Kekeringan di Purbalingga
''Dalam kondisi seperti ini, kami juga harus melakukan penyesuaian.  Caranya dengan mengurangi karyawan dan meningkatkan produktivitas pekerja serta inovasi produk,'' kata Mr Song.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyebutkan, di wilayahnya ada beberapa perusahaan yang memproduksi rambut dan bulu mata palsu. Selain PT Indokores Sahabat  PT Hyup Sung dan PT Sun Chang Indonesia yang merupakan perusahaan PMA (Penanaman  Modal Asing) sal Korea Selatan, satu perusahaan pabrik rambut Bintang Mas Triyasa (BMT) yang merupakan perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

Terkait kondisi pasar global yang sedang terjadi saat ini, Bupati minta agar semua pihak yang terkait dengan industri bulu mata palsu Purbalingga, bisa menahan diri. ''Kondisi saat ini memang cukup sulit bagi industri rambut dan bulu mata palsu. Namun kami berharap, semua pihak bisa menahan diri sehingga industri ini bisa tetap bertahan bahkan berkembang lagi,''' katanya.