Pages

Friday, March 22, 2019

Wig dan Bulu Mata Palsu Buatan Indonesia Laku di Italia

- 22 Maret 2019, 22:07 WIB


BOLOGNA,- (PR), Bulu mata palsu dan wig produk Indonesia menjadi primadona dalam pameran kosmetik Cosmoprof yang dilaksanakan di Bologna, Italia, 14-18 Maret 2019 lalu.

Atase Perdagangan KBRI Roma, Sumber Sinabutar kepada kontributor Pikiran Rakyat, Rieska Wulandari di Milan menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatan selama beberapa kali mengikuti pameran Cosmoprof, stand Indonesia yang umumnya memamerkan produk bulu mata dan rambut palsu selalu ramai dikunjungi pengunjung. Pengunjung umumnya tertarik dengan bulu mata dan rambut palsu Indonesia karena terbuat dari rambut asli manusia.

Pengunjung menyampaikan kekagumannya terhadap kualitas produk bulu mata dan rambut palsu Indonesia, yang tidak dimiliki oleh pesaing dari negara lain. Produk buatan negara lain umumnya menggunakan bahan sintetis maupun bulu hewan. Pada pameran kali ini, Indonesia menghadirkan lima perusahaan bulu mata dan rambut palsu.

Sumber Sinabutar juga mengatakan, selama kegiatan pameran ini, lima perusahaan Indonesia yang ikut pameran Cosmoprof berhasil mencapai potensi penjualan sebesar USD 9.9775.000. Pencapaian tersebut menurutnya meningkat 19,12 % dibandingkan dengan pencapaian tahun 2018 yaitu sebesar USD 8.374.000.

Dijelaskan juga bahwa peningkatan pencapaian tersebut tidak terlepas dari kehadiran Indonesia yang secara terus menerus pada pameran Cosmoprof ini. Kehadiran Indonesia yang secara terus menerus ini telah membantu para peserta Indonesia untuk bertemu kembali dengan calon pembeli yang hadir pada tahun sebelumnya. Pertemuan lanjutan ini akan menghasilkan pengakuan terhadap bonafiditas perusahaan Indonesia tersebut dan akan menghasilkan potensi transaksi pembelian


Sumber :
https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01308750/wig-dan-bulu-mata-palsu-buatan-indonesia-laku-di-italia

Thursday, March 21, 2019

Bulu Mata dan Rambut Palsu Buatan Indonesia Laris Manis di Italia

21 Mar 2019, 14:20 WIB

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3922547/bulu-mata-dan-rambut-palsu-buatan-indonesia-laris-manis-di-italia


Liputan6.com, Jakarta - Bulu mata palsu dan wig produksi Indonesia menjadi primadona pada Pameran Produk Kosmetik dan Kecantikan Cosmoprof yang diadakan di Kota Bologna, Italia, dari 14-18 Maret lalu.

Pengunjung pameran dengan antusias dan menyampaikan kekagumannya terhadap kualitas produk bulu mata dan rambut palsu produksi Purbalingga, Jawa Tengah. Duta Besar di Roma, Esti Andayani yang turut hadir dalam pameran ini menyampaikan bahwa partisipasi Indonesia dalam Cosmoprof adalah dalam upaya memperluas akses pasar UKM dalam rangka pengembangan usaha dan penetrasi pasar global.

Dalam pertemuannya dengan President of Bologna Fiere, Gianpiero Calzolari, dia mengharapkan pameran seperti ini dapat diselenggarakan di Indonesia karena Indonesia memiliki nilai strategis dengan daya tarik potensi pasar yang besar, serta daya beli masyarakat kelas menengah yang kuat khususnya untuk produk kecantikan.

KBRI Roma dan ITPC Milan mendukung partisipasi lima perusahaan bulu mata dan rambut palsu Indonesia yaitu PT Bio Takara, CV Mitra Jaya Mandiri, PT Stellaris International, CV Indobeauty Cemerlang dan Shim Internasional.

Menurut Atase Perdagangan KBRI Roma, dikutip Antara, selama empat hari kegiatan pameran, tercatat potensi penjualan senilai USD 9,97 juta atau Rp 140 miliar (Kurs USD 1 = Rp 14.115), angka ini meningkat sebesar 19,12 persen dibandingkan dengan pencapaian 2018 senilai USD 8,37 juta atau Rp 118,1 miliar.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kehadiran dan partisipasi Indonesia secara konsisten dalam pameran Cosmoprof untuk memelihara komunikasi dan hubungan bisnis dengan para buyers dari tahun ke tahun. Kesinambungan ini juga menghasilkan pengakuan terhadap bonafiditas perusahaan Indonesia dan potensi transaksi pembelian yang cukup besar.

Kebangkrutan. Ini yang membuka jalan Okvina Nur Alvita menggeluti bisnis bulu mata. Tepatnya pada Maret 2017, ibu rumah tangga ini memberanikan diri memulai bisnis bulu mata bersama sang suami usai mengalami gulung tikar dari usaha sebelumnya.

Kebiasaan Vina berdandan juga ikut menjadi pemberi ide bisnis bagi dirinya dan suami. "Suamiku pernah melihat ada mbak-mbak di Jakarta pernah kerja jadi perajin bulu mata dan dia banyak tanya soal bulu mata dan aku juga suka make up. Dia melihat jika wanita hanya memakai bulu mata satu sampai 3 kali dibuang. Kemudian make up artis kalau pakai bulu mata berlapis-lapis. Lalu kami melihat ada peluang kami nekat jualan," jelas dia kepada Liputan6.com.

Saat itu, Vina mengaku berjualan bulu mata hanya untuk menyambung hidup. Perlahan, dia mulai menjual bulu mata melalui akun media sosial dan marketplace salah satunya Shopee.

Lama kelamaan, jualan Vina mulai laris. Dia pun memutuskan untuk menggarap secara serius bisnis bulu mata dengan memproduksinya sendiri. Ini dimulai pada Akhir 2017.

Nama Meisa Bulu Mata menjadi pilihan produknya. Tak ada makna dari nama produk ini, namun kata inilah yang spontan terlontar keluar saat anaknya bicara.

"Lama-kelamaan, penjualan kita bagus dan kita akhirnya serius menggarap Meisha bulu mata dengan model macam-macam dari 8 model kini menjadi 60 model," tutur dia.

Meisa bulu mata dijajakan seharga Rp 12 ribu sampai Rp 29 ribu per piece. Agar produknya kian diminati, wanita lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini pun terus memperbaiki kualitas produk dan kemasan.

Selama ini, Meisa bulu mata dikerjakan para perajin yang berada di Jawa Tengah. Vina mempercayakan pengerjaan produk pada 2 perajin besar dengan jumlah pekerja mencapai puluhan orang.

"Saya mendesain sendiri, dan aku terus memperhatikan pembuatannya dengan menerima sample beberapa kali sampai aku oke baru memproduksi secara banyak," tambah dia.

Meisa bulu mata dibuat dari dua bahan baku yakni rambut manusia asli dan rambut sintetis. "Produk paling laku adalah yang seharga Rp 14 ribu," kata dia.

Kini Vina mampu menjual puluhan ribu pieces bulu mata per bulannya. Dengan pelanggan berasal dari Sabang hingga Merauke. Bahkan, dia juga kerap menerima pesanan dari pembeli mancanegara seperti Singapura dan Australia.

Adapun pembelian terbesar masih didominasi melalui marketplace, salah satunya melalui Shopee. Tak heran, Vina pun menjadi salah satu penjual atau seller pilihan Shopee.

Meski menerima banyak pemesanan dari berbagai wilayah, penjualan terbanyak berasal dari dua pulau yakni Sulawesi dan Kalimantan. "Pembeli yang pesan banyak make up artis, toko atau perorangan," ungkap dia.

Vina bersama keluarga kini tinggal di Bali. Kota ini pula yang dijadikan sebagai kantor pusat berbisnis Meisa Bulu Mata.

Dia pun menambahkan kata "False Lashes From Bali" pada produk Meisa Bulu Mata. Ini bukan tanpa maksud. Tapi sesuai dengan mimpinya yang ingin menjadikan produknya dikenal dunia.

"Aku tambahkan False Lashes from Bali. Meski produksi tidak di Bali tapi ide, create, desain semua di Bali. Aku ingin orang kenali bulu mata Indonesia," jelas wanita 32 tahun ini.

Satu hal menarik dari cara Vina menarik konsumen adalah, dia selalu menyelipkan tulisan tangan dari dirinya langsung. Ini menjadi bukti perhatian dirinya kepada pembeli.

"Isi surat kecil itu pertama aku tulis nama customer, kemudian ucapan terima kasih ya sudah berbelanja di Meisa bulu mata semoga kakak suka dengan bulu mata kami dan ditunggu pesanan berikutnya," kata Vina menjelaskan isi surat kecilnya.

Kini, Vina bisa meraup omzet dalam jumlah besar mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Dia berharap bisa membuka cabang di daerah lain, seperti di Jakarta.

Tak berhenti pada bisnis bulu mata, wanita kelahiran Jember ini tengah mencoba untuk memasuki bisnis produk kecantikan lain yakni produk lipstik.

"Aku sedang mengembangkan ekspansi ke bisnis lipstik karena itu makanan kedua perempuan walau sudah punya warna yang sama tapi mereka sering memiliki yang lainnya," dia menandaskan.

Dia pun berharap produk lipstik miliknya yang bernama VLS Bali bisa sukses seperti Meisha Bulu Mata.

Tuesday, March 12, 2019

Karangbanjar Purbalingga Jadi Pusatnya Pengrajin Rambut Palsu Wig, Sudah Mampu Tembus Pasar Ekspor

Selasa, 12 Maret 2019 20:47

https://jateng.tribunnews.com/2019/03/12/karangbanjar-purbalingga-jadi-pusatnya-pengrajin-rambut-palsu-wig-sudah-mampu-tembus-pasar-ekspor?page=all.


TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Rambut palsu atau wig sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebaguian masyarakat modern yang begitu memerhatikan mode.

Tetapi siapa sangka, produk yang dipakai masyarakat internasional untuk meningkatkan kepercayaan diri itu dibuat tangan-tangan terampil perempuan desa di Purbalingga.

Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Purbalingga bisa dikatakan gudangnya industri kerajinan wig.

Rambut palsu bahkan sudah menjadi ikon desa ini karena sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai pengrajin wig.

Industri ini bahkan sudah ada sejak puluh tahun silam. Beragam produk rambut palsu tersedia di desa ini, mulai pemrosesan bahan baku hingga produksi rambut palsu.

Industri rambut palsu ini juga jadi kebanggaan Kabupaten Purbalingga karena produknya yang sudah menembus mancanegara.

Kemajuan industri rambut palsu di Purbalingga, khususnya di Desa Karangbanjar ini bahkan dikagumi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat mengunjungi stan rambut palsu Desa Wisata Karangbanjar pada Musrenbangwil Expo Tahun 2019 Eks Karesidenan Banyumas, Selasa (12/3).

“Rambut palsu atau wig-wig ini ternyata sudah ekspor, ini adalah produk yang luar biasa bahkan ini juga home industry,” kata Ganjar.

Ganjar pun berharap, keberadaaan Bandara Jendral Besar Soedirman di Purbalingga nantinya bisa membuat industri rambut di Purbalingga semakin dikenal dan menciptakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar.

Para pelaku industri, khususnya dari Desa Karangbanjar pun bisa memanfaatkan keberadaan bandara itu untuk memperluas pemasaran produknya agar lebih mendunia.

Koordinator Pokdarwis Desa Karangbanjar, Basis mengatakan, produk rambut palsu memang menjadi unggulan masyarakat Desa Karangbanjar.

Kualitasnya diklaim tidak jauh berbeda dengan rambut palsu yang diproduksi oleh PT.

Menariknya, industri rambut Desa Karangbanjar ini berbentuk home industri sehingga bisa memberdayakan masyarakat desa setempat. Ini sekaligus menjadi kelebihan lantaran penyerapan tenaga kerja lokal menjadi lebih maksimal.

“Keunggulan kita kan di kewirausahaan kalau di tempat lain dilembagakan menjadi PT. Keunggulan kita di pemberdayaan masyarakatnya karena yang mengelola semua ini masyarakat desa,” jelas Basis.

Untuk proses pemasaran, para pelaku industri di desa ini tidak hanya secara offline, tetapi juga memanfatakan media online termasuk media sosial.

Tidak sulit menemukan pengrajin wig di desa ini karena di masing-masing dusun berada. Meski pelaku industri banyak, masing-masing memiliki ciri usaha yang membedakan dengan yang lain, semisal soal variasi produk.

"Jadi kalau sudah memproduksi wig berarti dia gak memproduksi hair clip, kalau dia produksi hair clip dia gak memproduksi aksesoris,” ujarnya.

Di sisi lain, para pelaku industri wig di desa ini masih terkedala ketersediaan dan penyerapan bahan baku. Karena bahan baku yang digunakan adalah rambut manusia, kendalanya adalah pengumpulannya.

Ia pun berharap Desa Karangbanjar yang berhasil mengembangkan industri wig bisa menularkan virus kewirausahaan ke masyarakat luas.

“Kendala-kendala itu semoga bisa teratasi dan bisa masuk pasar global,” katanya.(*)